UNMER Malang Undang Akademisi Enam Negara Bahas Persoalan Human Security dalam Konferensi Internasional
Para akademisi dari enam negara hadir sebagai pembicara dalam International Conference Human Security, Governance and Policy yang terbagi dalam dua sesi yaitu International Conference in Social Science 1st (ICONISS) dan 4th International Conference of Graduate School on Sustainability (ICGSS) pada 5 dan 6 November 2020. Konferensi yang digelar secara daring ini merupakan hasil kerjasama program Pascasarjana Universitas Merdeka (UNMER) Malang dengan enam Perguruan Tinggi dari dalam negeri, Australia, Belanda, Malaysia, Amerika Serikat dan Turki.
Ketua konferensi, Prof. Dr. Bonaventura Ngarawula, M.Si., menjelaskan bahwa “ICONISS dan ICGSS menekankan pembahasan terhadap isu-isu penting tentang keamanan manusia (Human Security). sebagai platform fundamental dalam pengembangan kebijakan politik, sosial budaya dan ekonomi baik di negara maju maupun berkembang.” Bona manambahkan bahwa selain berdiskusi dengan para pemateri, para peserta juga mengikuti sesi pararel untuk mempresentasikan hasil kajiannya. Tercatat hampir 150 peserta mempresentasikan hasil penelitiannya dalam forum yang digelar selama dua hari ini.
Konferensi ini dibuka oleh Rektor UNMER Malang, Prof. Anwar Sanusi, SE., M.Si. Dalam sambutannya, Guru besar bidang Ekonomi Pembangunan ini menjelaskan bahwa keamanan manusia merupakan salah satu masalah global kontemporer yang mendapatkan perhatian besar dari para akademisi dan pemerintahan dunia sejak tahun 1994. “Era Revolusi Digital 4.0 dan Masyarakat 5.0 menyimpan banyak tantangan bagi keamanan manusia. Terlebih lagi saat ini dunia tengah dihadapkan dengan pandemi Covid-19 yang menuntut kita untuk mengubah dinamika tatanan sosial dan percepatan digital di segala bidang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada tujuh aspek penting yang harus terpenuhi dalam keamanan manusia yaitu keamanan ekonomi, keamanan pangan, keamanan kesehatan, keamanan lingkungan, keamanan pribadi, keamanan komunitas serta keamanan politik” tegasnya.
Hari pertama konferensi dibuka dengan paparan materi dari staf ahli Bidang Hukum dan Kesatuan Bangsa, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Drs. Lutfi, MTA., M.Si. menjelaskan tentang hakikat sistem demokrasi di Indonesia. Termasuk elemen-elemen penting yang mendukung kebijakan politik baik tingkat pemerintahan pusat maupun daerah.
Hari kedua, Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, MA. Menyampaikan pentingnya pengakuan martabat manusia (Human Dignity) dalam unsur keamanan manusia. Din mengungkapkan bahwa pengakuan martabat manusia terbagi atas sisi religius (religiousity), tanggung jawab manusia (human responsible), kemakmuran (prosperity) dan jaminan atas keamanan (security). “Apabila unsur-unsur tersebut dapat terpenuhi maka ini akan menjadi landasan penting bagi pengembangan yang berkelanjutan (sustainable development) kehidupan bermasyarakat secara global,” tandasnya.
Selain itu para akademisi internasional diantaranya Assoc. Prof. Claudia N. Avellaneda, Ph.D (Indiana University, Amerika Serikat), Emeritus. Prof. Dr. Alberto G. Gomes (La Trobe University, Australia), Prof. Dr. Ahmad Martadha Mohammed (University Utara Malaysia), Prof. Dr. Serkan Dilek (Kastamonu University, Turki), Prof. Fred Ziljstra, Ph.D (Scientific Director CDCC, Belanda) dan Prof. Robert. T. Evans (Curtin University, Australia). Turut menyampaikan paparan dan berdiskusi tentang masalah human security dalam perspektif politik, sosial budaya dan ekonomi yaitu Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Prof. Dr. Diah Natalisa, MBA. Sebagai tuan rumah, UNMER Malang menghadirkan Dr. Sukardi, MSI, pakar kebijakan publik sekaligus Dekan FISIP UNMER Malang sebagai salah satu pembicara.
Pada hari terakhir, konferensi daring ini ditutup oleh Direktur Pascasarjana UNMER Malang Prof. Dr. Grahita Chandrarin, SE., M.Si., Ak., CA. “Melalui seminar ini diharapkan akan tercipta solusi atas segala permasalahan global dan yang terpenting terjadi proses transfer ilmu yang positif antar akademisi dari berbagai penjuru dunia terutama di Indonesia,” pungkasnya.