
Super Creative Core Menjadi Kunci Kesuksesan Usaha Pada Revolusi Industri Keempat
Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri tahap keempat. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya lini usaha dan sistem pemasaran yang berbasis digital. Tidak hanya itu, dari sisi industri banyak peran tenaga kerja yang digantikan oleh robot. Karena itu kita harus menerima konsekuensi bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan banyak jenis profesi yang akan hilang.
Isu inilah yang dibahas dalam kuliah tamu “Peluang dan Tantangan Menghadapi Industrial Revolution 4.0” (27/03) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Merdeka (Mansa FEB Unmer) Malang. Sebagai narasumber menghadirkan guru besar ekonomi Universitas Airlangga, Prof. Badri Munir Sukoco, SE., MBA., Ph.D.
Menurut ketua pelaksana, Neva Adelina Wijayanti ,”Melalui kuliah tamu ini kami ingin mengajak mahasiswa FEB Unmer Malang untuk menghadapi tantangan revolusi industri dengan berfikir kreatif dan inovatif dalam membaca peluang.”
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Dekan FEB, Dr. Rudi Wahyono ,”Mahasiswa manajemen harus memiliki keunggulan kompetitif dan siap bersaing di era global. Kita harus buktikan bahwa generasi muda Indonesia memiliki kualitas sumber daya yang tidak kalah dengan negara lain.”
Dalam paparannya, Prof. Badri memberi contoh tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam revolusi industri tahap keempat. Diantaranya adalah Larry Page dan Sergey Brin (Google), Edwin Camull (Pixar), serta Nadiem Makariem (Go-Jek). “Kunci kesuksesan mereka dalam merintis bisnis adalah Super Creative Core yang merupakan perpaduan dari pola pikir kreatif dengan memanfaatkan peluang bisnis berbasis teknologi industri digital”,tukasnya.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Martin Prosperity Institute, tahun 2015 proporsi kelas kreativitas masyarakat Indonesia sebesar 7.95. Nilai ini masih dibawah Thailand (9.85) dan Vietnam (9.83). Hal ini harus dipicu dengan sistem pembinaan yang tepat di sektor ekonomi kreatif.
Pria kelahiran Lumajang ini juga memberikan masukan kepada perguruan tinggi untuk menerapkankan rekonfigurasi untuk menyesuaikan sistem pengajaran dengan revolusi industri tahap keempat. Salah satunya adalah menutup program studi yang kurang relevan dan merekrut para dosen yang memiliki kompetensi keilmuan yang sesuai dengan tuntutan pasar global.
Peran pemerintah juga sangat penting untuk mendukung suksesnya hal ini. Salah satunya dengan memprioritaskan penyaluran dana penelitian sebesar 50% untuk topik yang relevan dengan revolusi industri.