Peringatan Hari Pers Nasional, Media Berfungsi Sebagai Sarana Kontrol Sosial
Memperingati hari pers nasional yang jatuh pada 9 Februari 2018, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Merdeka (BEM Unmer) Malang menyelenggarakan forum diskusi panel BEM se-Malang Raya dengan tema Menumbuhkan Semangat dan Kesadaran Nasional Dalam Menjadikan Pers Sebagai Alat Komunikasi Untuk Menjadi Corong Kepentingan Organisasi dengan narasumber pimpinan redaksi harian Radar Malang, Abdul Mutholib.
Kegiatan ini diikuti oleh Ketua dan perwakilan BEM dari berbagai perguruan tinggi di Malang seperti Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Universitas Muhammadyah Malang (UMM) dan lain-lain. Menurut Yolita Dionesia Mite selaku ketua panitia, “Selain untuk memperingati hari pers nasional kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahim dan persaudaraan antar pengurus BEM se-Malang Raya.”
“Tidak bisa dipungkiri banyak kalangan pers yang saat ini lebih mengakomodir kepentingan pemilik daripada mewartakan kebenaran. Seiring dengan peringatan hari pers nasional ini kami berharap dunia pers di Indonesia dapat menjadi lebih baik dalam memberitakan peristiwa sehingga dapat membawa dampak positif di masyarakat.” Tutur Presiden Mahasiswa (Presma) Unmer Malang, Benedictus Damianus Gene Djo.
Dalam paparannya Abdul Mutholib mengungkapkan “Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media di Indonesia saat ini mencapai 77 persen.”Ini membuktikan bahwa media berfungsi sebagai sarana kontrol yang efektif bagi pemerintahan dan masyarakat. Disamping itu media juga berfungsi sebagai alat untuk mengedukasi dan memberi hiburan. Pria yang aktif menjadi wartawan sejak 1999 itu juga memberikan penjelasan bahwa saat ini persepsi masyarakat terhadap pers juga kian beragam.
Alumni UIN Syarif Hidayatullah Malang ini membenarkan bahwa ada oknum pers yang sering memanfaatkan profesinya untuk memeras masyarakat. Untuk mengantisipasi hal tersebut Abdul memberikan informasi bahwa wartawan dan media yang resmi harus memiliki izin serta terdaftar di dewan pers nasional. “Bila oknum pers tersebut tidak memiliki sertifikat dan tanda anggota Dewan Pers maka dipastikan berasal dari media abal-abal.” ,jelasnya.
Kegiatan berlanjut dengan sesi diskusi dan paparan tentang perkembangan pers di Indonesia oleh perwakilan BEM dari masing-masing perguruan tinggi. Kesimpulan yang dapat diambil dari acara ini adalah media harus lebih berperan dalam kontrol sosial dan mengedepankan kode etik jurnalistik dalam setiap berita.